Contoh Soal PAS Bahasa Jawa Kelas 1 Semester 2

contoh soal pas bahasa jawa kelas 1 semester 2

Halo gaes! Pasti lagi pada deg-degan nih menjelang Penilaian Akhir Semester (PAS) Bahasa Jawa. Tenang aja, kita bakal bagi-bagi contoh soal PAS Bahasa Jawa Kelas 1 Semester 2 buat kalian nih. Biar kalian bisa belajar dan mempersiapkan diri dengan baik.

Soal-soal yang akan kita bahas ini terdiri dari berbagai materi yang dipelajari selama semester 2. Ada soal pilihan ganda, soal isian, dan soal uraian. Dengan mengerjakan contoh soal ini, kalian bisa mengukur kemampuan kalian dan mengidentifikasi materi yang masih perlu dipelajari lebih lanjut.

Yuk, langsung aja kita simak contoh soal PAS Bahasa Jawa Kelas 1 Semester 2 berikut ini. Jangan lupa dicatat baik-baik ya gaes!

Materi Pokok Bahasa Jawa Kelas 1 Semester 2

1. Aksara Jawa

Aksara Jawa merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Kemampuan membaca dan menulis aksara Jawa sangatlah fundamental bagi siswa kelas 1 semester 2. Berikut ini adalah detail dari materi aksara Jawa:

**Mengenal Bentuk dan Cara Menulis Aksara Jawa**

Aksara Jawa terdiri dari 20 aksara pokok yang memiliki bentuk unik. Setiap aksara memiliki cara penulisan tertentu yang perlu dipelajari dengan cermat. Siswa akan diajarkan cara menulis masing-masing aksara secara bertahap, mulai dari bentuk dasar hingga bentuk yang lebih kompleks.

**Memahami Cara Membaca dan Menulis Kata-kata dalam Aksara Jawa**

Setelah mengenal bentuk aksara, siswa akan belajar bagaimana membaca dan menulis kata-kata dalam aksara Jawa. Mereka akan mempelajari bunyi setiap aksara dan cara menyusunnya menjadi kata yang bermakna. Praktik yang teratur akan membantu siswa menguasai keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa dengan baik.

**Mampu Menulis Kalimat Sederhana dalam Aksara Jawa**

Setelah mampu membaca dan menulis kata-kata, siswa akan diajarkan untuk menulis kalimat sederhana dalam aksara Jawa. Kalimat sederhana tersebut terdiri dari gabungan kata-kata yang memiliki makna utuh. Dengan menguasai keterampilan ini, siswa dapat mengekspresikan pikiran mereka dalam bentuk tulisan aksara Jawa.

Tata Bahasa Jawa

2. Kata Ganti (Pronoun)

**Pengertian Pronoun**

Pronoun atau kata ganti adalah kata yang digunakan untuk menggantikan nomina (kata benda). Pronoun digunakan untuk merujuk pada orang, benda, atau hal lain yang sudah disebutkan sebelumnya.

**Jenis-Jenis Pronoun**

Dalam bahasa Jawa, terdapat beberapa jenis pronoun, di antaranya:* **Pronoun Persona** * Kulo (saya) * Kowé (kamu) * Awaké (dia) * Kita (kita) * Panjenengan (anda) * Piyambakipun (beliau)* **Pronoun Interogatif** * Sapa (siapa) * Apa (apa) * Pira (berapa) * Kayak ngendi (bagaimana) * Ngendi (di mana)* **Pronoun Demonstratif** * Iki (ini) * Kuwi (itu) * Iku (itu)* **Pronoun Indefinit** * Sinten (siapa saja) * Apa waé (apa saja) * Pira waé (berapa pun)

**Penggunaan Pronoun**

Pronoun digunakan dalam kalimat untuk merujuk pada nomina yang sudah disebutkan sebelumnya. Penggunaan pronoun harus sesuai dengan jenis kelamin, jumlah, dan tingkatan kesopanan dari nomina yang digantikan.

Contoh Penggunaan Pronoun**

* Kulo nyuwun ngapunten (Saya minta maaf)* Kowé kancaku (Kamu temanku)* Awaké lagi mangan (Dia sedang makan)* Piyambakipun tiyangipun sae (Beliau orangnya baik)* Sapa sing nulis iki? (Siapa yang menulis ini?)* Iki bukuné wayahé (Ini buku miliknya)* Apa waé sing dikarepake (Apa saja yang diinginkan)

**Kesalahan Umum**

Berikut adalah beberapa kesalahan umum dalam penggunaan pronoun dalam bahasa Jawa:* Menggunakan pronoun yang tidak sesuai dengan jenis kelamin nomina yang digantikan* Menggunakan pronoun yang tidak sesuai dengan jumlah nomina yang digantikan* Menggunakan pronoun yang tidak sesuai dengan tingkatan kesopanan dari nomina yang digantikan

Dengan memahami konsep pronoun dengan baik, Anda dapat menggunakan pronoun dengan benar dan efektif dalam percakapan bahasa Jawa.

Teks Wacana Bahasa Jawa

1. Dongeng (Carita Dongeng)

Dongeng dalam bahasa Jawa (carita dongeng) merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang populer di masyarakat Jawa. Dongeng biasanya berisi kisah-kisah fiktif yang diwariskan secara turun-temurun dan sarat akan nilai-nilai luhur.

Memahami Isi dan Pesan Moral Dongeng

Dalam memahami isi dongeng, siswa perlu memperhatikan beberapa aspek berikut:

– **Alur cerita**. Alur cerita dalam dongeng biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu awal (pendahuluan), tengah (konflik), dan akhir (penyelesaian).- **Tokoh dan penokohan**. Tokoh dalam dongeng dibedakan menjadi tokoh utama, tokoh pendukung, dan tokoh antagonis. Penokohan digambarkan melalui ciri-ciri fisik, sifat, dan latar belakang tokoh.- **Latar**. Latar dalam dongeng meliputi latar waktu, tempat, dan suasana.- **Amanat**. Amanat adalah pesan moral yang terdapat dalam dongeng. Amanat biasanya tersirat dan dapat ditemukan melalui perilaku tokoh atau jalan cerita.

Untuk memahami pesan moral dalam dongeng, siswa dapat menggunakan strategi berikut:

– Mengidentifikasi tokoh yang baik dan yang jahat.- Mencermati tindakan dan perkataan tokoh.- Menarik kesimpulan tentang sifat baik dan buruk serta akibat dari setiap tindakan.- Merefleksikan nilai-nilai yang disampaikan dalam dongeng.

Menyajikan Dongeng secara Lisan dan Tertulis

Siswa diharapkan mampu menyajikan dongeng secara lisan maupun tulisan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

**Menyajikan Dongeng Secara Lisan (Lisane)**- Intonasi dan ekspresi yang tepat.- Penghayatan tokoh dan konflik cerita.- Penggunaan bahasa yang efektif dan mudah dipahami.- Penambahan gerak dan mimik yang sesuai.**Menyajikan Dongeng Secara Tertulis (Katulis)**- Menggunakan kosakata yang kaya dan sesuai konteks.- Membangun alur cerita yang menarik dan bermakna.- Mengembangkan tokoh dan penokohan yang kuat.- Menulis dengan tata bahasa yang baik dan benar.- Memberikan amanat atau pesan moral yang jelas.

Sastra Jawa

1. Kakawin Bharatayuddha

a. Mengenal Kakawin Bharatayuddha

Kakawin Bharatayuddha merupakan karya sastra Jawa yang sangat terkenal. Kakawin ini ditulis oleh Empu Sedah pada masa Kerajaan Kediri pada abad ke-12. Bharatayuddha merupakan karya sastra yang menceritakan tentang perang besar antara Kerajaan Kuru dan Kerajaan Pandawa. Perang ini terjadi karena perebutan kekuasaan atas Kerajaan Hastinapura.

Kakawin Bharatayuddha terdiri dari 117 canto dan menceritakan secara detail jalannya perang tersebut. Kakawin ini menjadi salah satu karya sastra yang paling penting dalam bahasa Jawa karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, termasuk nilai-nilai moral, etika, dan spiritual.

b. Memahami Isi Kakawin Bharatayuddha dan Nilai-Nilai yang Terkandung

Isi Kakawin Bharatayuddha cukup kompleks dan banyak mengandung nilai-nilai yang dapat diambil. Perang yang diceritakan dalam kakawin ini melambangkan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Para tokoh dalam kakawin ini mewakili berbagai sifat manusia, mulai dari kebaikan, keberanian, kesetiaan, hingga pengkhianatan dan kelicikan. Melalui kisah perang ini, kakawin ini mengajarkan nilai-nilai penting seperti pentingnya kebenaran, kejujuran, keberanian, dan kesetiaan.

Selain itu, Kakawin Bharatayuddha juga mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi. Kakawin ini mengajarkan tentang ajaran-ajaran agama Hindu, terutama ajaran tentang karma dan reinkarnasi. Kakawin ini juga mengajarkan tentang pentingnya melepaskan ego dan mengikuti jalan dharma (kebenaran). Nilai-nilai ini menjadi ajaran yang penting bagi masyarakat Jawa pada masa itu dan masih relevan hingga sekarang.

c. Mampu Mengapresiasi Keindahan Kakawin Bharatayuddha

Selain memiliki nilai-nilai yang tinggi, Kakawin Bharatayuddha juga memiliki keindahan bahasa yang luar biasa. Kakawin ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno yang sangat indah dan puitis. Gaya bahasa yang digunakan dalam kakawin ini sangat halus dan banyak menggunakan majas-majas yang indah. Kakawin ini juga memiliki alur cerita yang menarik dan penuh dengan ketegangan dan kejutan. Keindahan bahasa dan alur cerita inilah yang membuat Kakawin Bharatayuddha menjadi karya sastra yang sangat dihargai dan diapresiasi hingga saat ini.

Keterampilan Berbahasa Jawa

1. Berbicara

– Mengenal teknik berbicara yang baik dalam bahasa Jawa

Teknik berbicara yang baik dalam bahasa Jawa meliputi intonasi, volume suara, artikulasi, dan bahasa tubuh. Intonasi yang tepat dapat menyampaikan pesan dengan jelas dan emosional. Volume suara harus disesuaikan dengan situasi dan lawan bicara. Artikulasi yang jelas membuat kata-kata dapat dimengerti dengan mudah. Sementara itu, bahasa tubuh yang baik dapat memperkuat pesan yang disampaikan.

– Memahami tata cara percakapan dalam bahasa Jawa

Tata cara percakapan dalam bahasa Jawa sangat penting untuk dipatuhi agar komunikasi berjalan lancar dan saling menghargai. Tata cara ini meliputi penggunaan bahasa yang sopan, pemilihan kosakata yang sesuai dengan lawan bicara, dan penggunaan sapaan yang tepat. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan konteks dan situasi percakapan.

– Mampu berbicara dengan percaya diri dan lancar dalam bahasa Jawa

Kemampuan berbicara dengan percaya diri dan lancar dalam bahasa Jawa dapat dicapai melalui latihan dan persiapan yang baik. Kepercayaan diri dapat dibangun dengan menguasai materi percakapan dan mempersiapkan diri dengan baik. Kelancaran berbicara dapat dicapai melalui latihan percakapan yang rutin dan pembiasaan menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.

Penilaian Bahasa Jawa

1. Penilaian Sikap

– Memahami sikap yang baik dalam belajar bahasa Jawa- Menunjukkan sikap positif dalam belajar bahasa Jawa- Mampu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran bahasa Jawa

2. Penilaian Pengetahuan

– Memahami materi pelajaran bahasa Jawa- Mampu menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman pribadi- Mampu berpikir kritis dan kreatif dalam memahami materi pelajaran

3. Penilaian Keterampilan

– Mampu menggunakan bahasa Jawa secara lisan dan tulis- Mampu membaca dan memahami teks dalam bahasa Jawa- Mampu mengolah dan mengapresiasi karya sastra Jawa

4. Penilaian Produk

– Mampu menghasilkan karya tulis dalam bahasa Jawa- Mampu menyajikan karya seni dalam bahasa Jawa- Mampu menciptakan sebuah pertunjukan dalam bahasa Jawa

5. Penilaian Portofolio

– Mengumpulkan bukti-bukti hasil belajar dalam bentuk karya tulis, presentasi, pertunjukan, dan lain-lain- Refleksi atas hasil belajar dan pencapaian dalam pembelajaran bahasa Jawa

6. Penilaian Autentik

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati dan menilai kinerja peserta didik dalam situasi nyata yang sesuai dengan konteks pembelajaran bahasa Jawa. Penilaian ini dapat dilakukan melalui:

**a. Observasi*** Pengamatan terhadap perilaku peserta didik selama pembelajaran* Pencatatan hasil observasi dalam bentuk catatan anekdot atau jurnal pengamatan**b. Wawancara*** Pertanyaan dan jawaban seputar materi pelajaran atau pengalaman belajar* Transkripsi hasil wawancara menjadi bukti penilaian**c. Portofolio*** Koleksi hasil karya peserta didik yang menunjukkan perkembangan belajar* Penilaian portofolio dilakukan melalui refleksi bersama antara peserta didik dan guru**d. Tugas Kinerja*** Pemberian tugas yang mengharuskan peserta didik mempraktikkan keterampilan bahasa Jawa* Penilaian tugas kinerja dilakukan melalui pengamatan, penilaian rubrik, atau presentasi**e. Proyek*** Proyek yang berfokus pada pemecahan masalah atau penyelesaian tugas yang berkaitan dengan bahasa Jawa* Penilaian proyek dilakukan melalui pengamatan, penilaian rubrik, atau presentasi**f. Penilaian Diri*** Evaluasi diri yang dilakukan oleh peserta didik terhadap proses dan hasil belajar mereka sendiri* Penilaian diri dapat dilakukan melalui jurnal belajar atau refleksi tertulis**g. Penilaian Teman Sebaya*** Penilaian yang dilakukan oleh sesama peserta didik terhadap kinerja dan hasil belajar teman mereka* Penilaian teman sebaya dapat dilakukan melalui pengamatan, penilaian rubrik, atau presentasi**h. Penilaian Berbasis Media*** Penilaian yang dilakukan menggunakan teknologi dan media, seperti penilaian online, tugas video, atau presentasi digital* Penilaian berbasis media dapat memberikan bukti nyata tentang kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahasa Jawa dalam konteks digitalDengan menggunakan berbagai metode penilaian autentik, guru dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang perkembangan belajar peserta didik dalam bahasa Jawa dan memberikan umpan balik yang tepat untuk mendukung kemajuan mereka.

Leave a Comment